BAB
II
PEMBAHASAN
A. TANGGUNGA JAWAB PENDIDIKAN
Disamping tanggung jawab pendidikan ada suatu bimbingan dari salah satu
nya adalah yaitu keluarga, keluarga sangat dipentingkan oleh pendidikan .*KELUARGA
*
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat berdiri sendiri dalam mencukupi
kebutuhannya. Dalan kehidupan ia selalu terkait dengan yang yang lain.baik
lingkungan maupun keluarga. Dalam hal
ini keberlangsungan pendidikan setidak nya terkait dengan tiga unsur, salah
satu nya adalah keluarga.
Al-quran melalui salah satuayatnya menegaskan bahawa, pendidikan
yang dijadikan sebagai proses penyemaian nilai nilai dalam diri manusia harus
diawali dari lembaga yang terkecil. Mulai dari diri sendiri, berkembang kepada
keluarga dan baru masyarakat secara luas.
Firman allah yang berbunyi sebagai berikut :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur ÇÏÈ
Hai orang orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluarga mu
dari api neraka yang bahan bakarnaya adalah manusia dan batu penjaganya
malaikat malaikat yang kasar yang tidak mendurhakai allah terhadap apa yang
diperintahkan nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang dieprintahkan.
{ Q.S. Al- Tahrim/66:6 }
Ayat diatas memberikan gambaran bahwa dakwah dan pendidikan harus
diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu diri sendiri dan keluarga menuju
yang besar dan luas. Ayat diatas awalnya berbicara masalah tanggung jawab
pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung
jawab yaitu siksaan. Dalam membicarakan siksaa, al-quran menyebutkan bahan
bakar neraka, bukan model dan jenis siksaannya.
Sejalan dengan pemahaman diatas, dalam ayat lain al-quran kembali
menegasakan bahawa orang tua harus memberikan perhatian secara dini terhadap
masa depan anak keturunannya. Hal ini karena kegagalan dalam penanaman nilai
nilai suci apad usia dini, sangat berpeluang untuk menjadi tidak terkontrol
ketika usia dewasanya kelak.
Firman allah yang berbunyi sebagai berikut :
|·÷uø9ur úïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz ZpÍhè $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøn=tæ (#qà)Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´Ïy ÇÒÈ
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.{Q.S An.
Nisa: 9}
sebagian
mufassir mengemukakan tiaga pendapat tentang maksud ayat tersebut, pertama,
orang orang yang hadir pada saat seseorang mau meninggal semestinya tidak
mendorong orang itu agar menginfakkan sebagian besar kekayaan untuk tujuan amal
karena anak anak nya dihawatirkan tidak mampu menjalankannya dengan baik.
Kedua, orang
yang mau meninggal itu sendiri
seyokyanya tidak mewasiatkan kekayaan nya terlalu banyak pada pihak lain,
sehingga ahli waris sendiri kekurangan seper tiga saja, sudah banyak sekali.
Ketiga, mereka
yang menjadi wali anak yatim seharus nya menjaga kekayaan yang ditinggalkan
kepada anak yatim dengan baik, sebagaimana ia menjaga harta nya sendiri yang
akan diwariskan kepada anaka anak nya,
Ketiga versi
ini isyarat dari tafsir diatas jelas berkenaan dengan kekayaan yang
ditinggalkan olah seorang mau meninggal. Dengan alasan apapun kekayaan itu
tidak bioleh dihabiskan, tetapi harus tetap dijaga untuk diwariskan kepada
keturunannya supaya mereka tidak terlunta luntaspeninggal orang tuanya. Ada
beberapa hal yang perlu kita tangkap dari ayat diatas:
1.
Orang
tua diminta oleh allah untuk menyedikan bekal yang cukup bagi anak anak nya.
Itu menunjukkan bahwa allah meminta
orang tua bekerja karas agar memperolah kecukupan materi.
2.
Materi,
bila sudah diperoleh tidak boleh dihambur hamburkan, orang tua harus hemat dan
rajin menabung supaya tersedia materi yang cukup bagi keperluan anaka anak
dimasa depan.
3.
Masa
depan keturunan harus diusahakan terjamin. Dan masa depan ditentukan oleh
kukuatan fisik, mental dan intlektual. Materi yang tersedia, dengan demikian
harus dapat membangun ketiga segi kekuatan tersebut. Itu lah tanggung jawab dan
fungsi sebagai orang tua.
Oleh karena itu
azat tersebut meminta kepada siapa saja yang berada dalam suatu fungsi agar
mëlaksanakan fungsi untuk mencapai dan kemajuan yang maksimal. Suatu fungsi
bukan hanya suatu kehormatan, tetapi adalah tugas atau amanah yang berat yang
dibebankan kepada orang tua atau setiap orang yang diatas pundaknya suatu
tanggung jawab yang harus dilaksanakan.
Kehidupan
keluarga jika diibaratkan sebuah bangunan demi terpiliharanya bangaunan itu
dari terpaan badai dan goncangan gempa, maka ia harus didirikan diatas fondasi
yang kuat dengan bahan bangunan yang kualitas serta kokoh. Fondasi keluarga
adalah pendidikan agama yang disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon
kedua orang tua. Oleh karena itu al-quran menganjurkan bagi orang yang belum
siap mental dan fisik agar ia bersabar lewat berpuasa agar senantiasa terjaga
kesucian nya dari kehinaan dan kenistaan.
É#Ïÿ÷ètGó¡uø9ur tûïÏ%©!$# w tbrßÅgs %·n%s3ÏR 4Ó®Lym ãNåkuÏZøóã ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ÇÌÌÈ
Dan
orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. {Q.S An.Nur : 33}
Keluarga adalah sekolah tempat putra
putri bangsa belajar. Dari keluarga mereka dapat mengetahui sifat siafat yang
mulia seperti kesetiaan, ramah, kasih sayang dan lain sebagainya. Dari
kehidupan suami dan istri memperoleh sifat sifat keberanian yang berasal dari
pembelaan untuk melindungi keluarga. Dari unitnya kecil ini nantinya akan
menjadi modal besar bagi keberlangsungan suatu bangsa dan masyarakat.
B. TANGGUNG
JAWAB PENDIDIKAN
Membicarakan tanggung
jawab pendidikan, merupakan wacana yang tidak bisa dipisahkan dengan tema
tentang tanggung jawab intlektual. Karena pendidikan mempunyai tanggung jawab
terhadap tranformasi intlektual, dan intlektual mempunyai kelaziman untuk
menjadikan orang terdidik. Oleh karena itu islam selalu menghimbau kepada setiap
muslim untuk mengambil peran sebagai da’i { penyeru } ketika ia membaca dan
menafsirkan al-quran. Q.S Yusuf : 108 }
ö@è% ¾ÍnÉ»yd þÍ?Î6y (#þqãã÷r& n<Î) «!$# 4 4n?tã >ouÅÁt/ O$tRr& Ç`tBur ÓÍ_yèt6¨?$# ( z`»ysö6ßur «!$# !$tBur O$tRr& z`ÏB úüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÊÉÑÈ
Katakanlah:
"Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik".
Selain itu, islam juga mengingatkan
kepada orang yang berilmu untuk menzampaikan kebenaran dan melanjutkan hittah
para rasul. Dalam hal ini, kita akan melihat bagaimana tanggung jawab sebuah
pendidikan dengan menelaah sosok seorang tokoh yang disampingkan al-quran
sebagai model dalam mendidik generasinya.
a.
Tela’ah
Q.S Luqman: 12-14
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±t $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ
12. Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat
kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji".
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
Dalam mentransformasi kan sebuah nilai,
alquran sering menampilkan sosok seorang tokoh sebagai teladan bagi umat islam,
seperti sosok luqman yang menjadi pemimpin yang bijak bagi keluarga dan anak
anak nya. Albaidawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
tokoh tersebut adalah luqman bin baura’ yang berasal dari anak keturunan azar.
Ia termasuk saudara perempuan ayub yang berasal dari mesir yang hidup pada masa
nabi daud. Ia pernah menimba ilmu dari nabi daud sehingga dalam pandangan
jumhur ia adalah orang yang sangat bijak, meskipun ia tidak masuk dalam darajad
nabi atau rasul.
Dalam ayat diatas, allah menegaskan bahwa
ia telah memberikan al-hikmah kepada seorang hamba yang bukan nabi dan rasul
yang bernama “ luqman” secara bahasa kata al-hikmah berasal dari kata hakama
yang bearti mencegah sesuatu untuk suatu upaya demi keselamatan. Oleh karena
itu kendali yang digunakan u ntuk memandu jalannya kuda juga disebut dengan
hakam, sementara jika dikoleasikan dengan manusia, maka kata tersebut bearti
pengatahuan tentang yang maujudat dan perlakuan kebajikan.
Dari makna tersebut sebagian mufassir
ada yang mengartikan hikmah dengan arti taufik untuk melakukan pebuatan yang
didasakan pada ilmu dan pemahaman yang menjadikan ia tahu cara bersyukur kepada
allah atas segala pemberiannya, tahu caa beterima kasih kepada manusia serta
mampu mempungsikan segala yang ada semata mata hanya untuk kebajikan dan
kemaslahatan.
Disamping itu kata tersebut juga
digunakan untuk menyampaikan pesan kebajikan yang menyentuh kalbu atau prasaan
orang lain yang dituju. Kondisi ini sering kita jumpai dimana alquran sering
menggunakan kata tesebut dalam konteks tertentu seperti :
1.
Dalam konteks
pengajaran, sebagaiman firman allah dalam suat {an-nahl ayat 90}
* ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
2. dalam konteks peringatan, seperti firman
allah dalam surat saba’: ayat 46 .
* ö@è% !$yJ¯RÎ) Nä3ÝàÏãr& >oyÏmºuqÎ/ ( br& (#qãBqà)s? ¬! 4Óo_÷WtB 3yºtèùur ¢OèO (#rã¤6xÿtGs? 4 $tB /ä3Î6Ïm$|ÁÎ/ `ÏiB >p¨ZÅ_ 4 ÷bÎ) uqèd wÎ) ÖÉtR Nä3©9 tû÷üt/ ôyt 5>#xtã 7Ïx© ÇÍÏÈ
46. Katakanlah: "Sesungguhnya Aku hendak
memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah
(dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; Kemudian kamu fikirkan
(tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. dia
tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang
keras.
Seruan luqman kepada
anaka anaknya dalam ayat diatas menggunakan bunayya tidak munggunakan kata
ibni, menunjukkan tanggung jawab tersebut lebih bersifat parenial yang tidak
hanya terbatas pada anak,tetapi juga keturunan secara umum, konorasi makna dari
pesan yang disampaikan melalui hubungan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan
yang pertama diterima dan dilakukan terhadap anak adalah dalam wilayah
keluarga, dimana keluarga dan orang tua bertanggung jawab penuh atas
keberlangsungan nya.
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
14. Dan kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya
kepada-Kulah kembalimu.{ Q.S Luqman : 14}
Tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak diisyaratkan dengan kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua
orang tuanya, sebagai balas jasa atas jerih payah dalam mendidik nya semenjak
masih dalam kandungan.
Dari paparan ayat diatas jika kita
kolerasikan, maka akan terlihat bahwa hikmah yang diberikan oleh allah kepada
lukman, mampu menjadikan dia sebagai orang yang dapat mensyukuri nikmat allah yang
telah diberikan kepadanya.
Kondisi yang seperti ini sungguh sangat
berbeda sekali bila dibanding dengan kebanyakan manusia sekarang, dimana ketika
ia mendapatkan nikmat dari tuhannya, yang nampak dalam dirinya adalah sirat
kufur, sangat susah menggunakan nikmat yang diberikan allah kepada jalan yang
terbaik.
b. Q.S Al- Syu’ara ; 214-17.
öÉRr&ur y7s?uϱtã úüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB ÇËÊÎÈúüÏZÏB÷sßJø9$# ÷bÎ*sù x8öq|Átã ö@à)sù ÎoTÎ) ÖäüÌt/ $£JÏiB tbqè=yJ÷ès? ÇËÊÏÈ ö@©.uqs?ur n?tã ÍÍyèø9$# ÉOÏm§9$# ÇËÊÐÈ
214. Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
216. Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah:
"Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan";
217. Dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha
Perkasa lagi Maha Penyayang,
Dari ayat diatas dapat kita mengambil kesempulan,
bahwa kita beri tau pada karabat karabat kita semua baik dekat maupun jauh,
rendahkan lah diri kita dan dekatkan lah diri pada allah yang maha kuasa,
jangan lah kita durhaka terhadap orang tua kita maupun terhadap allah swt
khususnya , dan berserah dirilah kita kepada sang pencifta yaitu allah swt,
apapun permasalahan yang ada peda diri kita, mari kita mengahadap kepada allah,
sesungguhnya allah maha perkasa lagi maha penyanyang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pemakalah kita secar
garis besar bahwa, dalam proses pendidikan, sangat perlu sekali dibimbing,
terutama dibimbingkan oleh, orang tua, keluarga masyarakat, guru, nah kita
sebagai orang tua rumah tangga didik lah anak dengan baik, dan kita sebagai
keluarga dan masyarakat tolong perhatikan tingkah lakunya terhadap masyarakat
yang kurang baik, ditegur sebab keluarga dan masyarakat adalah didikan diluar
sekolah dan seorang guru adalah didikan didalam sekolah, kita sebgai calon guru
nantinya harus kita didik dengan baik, baik berupa rohani dan jasmani, mulai
dari umumnya maupun dari segi agama nya harus kita perhatikan dengan semaksimal
mungkin.
B. Kritik Dan Saran
Kami
dari pemakalah telah menampilkan makalah kami, semoga bermanfaat untuk kita
semua amin yarabbal’alamin, disamping
itu jika ada kesalahan dari makalah kami, kami mohon maap yang sebesarnya
kepada allah kami mohon ampun pada manusia kami mohon maap, kami akhiri
wallahul muwaffiq ila aqwamitthoriq wassalamu’alaikum warohmatullahi wabar
katuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar