MAKALAH
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
MATERI
PROSES PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU : Erda Heryanti,S.Ag.M.PdI
Disusun Oleh:
Hindun :
Nim.T.PAI.I.2013.008
Ona Fitriani :
Nim.T.pai.I.2013.022
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI-SMQ) BANGKO
TAHUN AKADEMI 2013/2014
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT.Atas segala rahmatnya.Kelompok kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
senantiasa terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya dan
para sahabatnya.
Makalah
ini kami susun dalam guna memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidikan Oleh Dosen
Pengampu Ersda Heryanti,S.Ag.M.PdI. Kami ucapkan terima kasih kepada
beliau Atas bimbingan dan saran Sehingga terwujudnya makalah ini.Tak ada yang
sempurna di dunia ini kecuali Tuhan YME.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
kami harapkan agar terciptanya pendekatan kepada taraf yang sempurna. Dan
semoga apa yang tersajikan dalam makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya.
Bangko, 02 mei 2014
penyusun
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
A. Pengertian Belajar, Mengajar dan
Pembelajaran......................................... 2
B. Prinsip-prinsip pembelajaran........................................................................ 8
C. Pilar pembelajaran........................................................................................ 11
D. Energy pembelajaran................................................................................... 13
BAB
III PENUTUP................................................................................................. 14
A. Kesimpulan.................................................................................................. 14
B.
Saran
........................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 15
ii
BABI
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah pendidikan merupakan masalah
yang cukup kompleks, karena terkait dengan masalah kuantitas, masalah kualitas,
masalah relevansi dan masalah efektivitas.Masalah kuantitas timbulsebagai
akibat hubungan antara pertumbuhan sistem pendidikan dan pertumbuhan
penduduk.Masalah kualitas adalah masalah bagaimana meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia.
Masalah kualitas pendidikan merupakan
masalah yang cukup serius di dalam rangka kelangsungan hidup brbangsa dan
bernegara, dakam konteks hubungan bangsa dengan beradapan dunia.Penanganan
masalah aspek kualitas berhubungan erat dengan penanganan aspek kuantitas, oleh
karenannya perlu ada keseimbangan antara keduanya.Masalah relevansi timbul dari
hubungan antara sistem pendidikan dan pembangunan nasional, dan harapan
masyarakat tentang peningkatan output pendidikan.Masalah efektivitas merupakan
masalah kemampuan pelaksanaan pendidikan.
Sedangkan masalah efisiensi pada
hakekatnya juga merupakan masalah pengelolaan pendidikan. Sehubungan
dengan aspek permasalahan aspek di atas pemerintah telah banyak melakukan
serangkaian kegiatan secara terus menerus melalui tahapan pembangunan di bidang
pendidikan.Kesemunya diarahkan pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan atau
menyangkut aspek kualitas pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar, mengajar dan
pembelajaran ?...
2. Jelaskan prinsip-psinsip pembelajaran
?...
3. Apa yang dimaksud dengan pilar
pembelajaran ?...
1
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Belajar, Megajar dan Pembelajaran
1. Belajar
Kemamampuan manusia untuk berubah
melalui proses belajar telah makin memperkokoh posisi pentingnya belajar bagi
kehidupan manusia, masalahnya apakah seluruh perubahan pada diri manusia itu
hanya merupakan akibat dari belajar atau adakah faktor lain,serta apa
karakteristik dari aktivitas belajar itu,untuk memahami hal tersebut maka
pemahaman tentang makna belajar menjadi sangat penting, berikut ini akan
dekemukakan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli.
Pengertian-pengertian belajar
tersebut meskipun menggunakan formulasi yang berbedabeda namun mempunyai esensi
yang sama, hal ini terlihat dari unsur-unsur pembentuk definisi yang bila
diringkaskan dapat disimpulkan bahwa sesuatu kegiatan dikatakan belajar apabila
didalamnya terdapat unsu unsur sebagai berikut
1. Adanya
perubahan dalam prilaku, keterampilan, pengetahuan, sikap, dan kemampuan
bereaksi
2. Perubahan
yang terjadi relatif bersifat tetap
3. Perubahan
tersebut bukan karena kematangan atau kondisi sesaat
4. Perubahan
terjadi akibat latihan yang diperkuat dan atau pengalaman
Unsur pertama mengindikasikan bahwa
belajar harus menimbulkan perubahan dalam prilaku misalnya dari prilaku buruk
menjadi baik, perubahan keterampilan dari tidak bisa menjadi bisa, perubahan
pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan sikap misalnya dari sikap
pesimis menjadi optimis, dan kemampuan bereaksi (response potentiality).
2
Unsur kedua menjelaskan bahwa
perubahan yang terjadi relatif bersifat permanen, artinya seseorang yang
belajar akan mampu memelihara atau mempertahankan/mereproduksi perubahan yang
diperolehnya dari suatu kegiatan belajar, namun perubahan tersebut tidak mesti
untuk selamanya atau permanen mengingat
dalam perkembangannya bisa terjadi gangguan gangguan terhadap perubahan yang
telah terjadi, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu kemudian lupa berarti,
menjadi tidak tahu lagi.
Unsur ketiga yang menyatakan
bahwa Perubahan tersebut bukan karena kematangan atau kondisi sesaat menunjukan
bahwa perubahan yang terjadi karena kematangan seperti bayi yang tadinya
terlentang kemudian mampu tengkurap akibat pertumbuhan fisiknya, atau perubahan
yang terjadi pada orang yang mabuk atau dalam pengaruh obat tidak termasuk
dalam kategoribelajar.
Sementara itu unsur yang keempat
menjelaskan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan, dan bahwa perubahan
terjadi karena latihan dan pengalaman, oleh karena itu prinsip pengulangan dan
atau penguatan (reinforced practice) serta interaksi manusia dengan
lingkungan (pengalaman) sangat berperan dalam suatu aktivitas belajar, kata
penguatan juga menunjukan bahwa proses belajar memerlukan penguatan agar
perubahan yang telah terjadi dapat dipertahankan tidak makin lemah atau bahkan
musnah.
Bila diperhatikan lebih jauh esensi
dasar dari pengertian belajar adalah perubahan, dengan berbagai karakteristiknya,
dan latihan atau pengalaman, pertanyaannya perubahan dalam hal apa, apakah
perubahan perubahan tersebut terjadi hanya dalam bentuknaya yang konkrit atau akan
berlaku juga dalam bentuknya yang abstrak, untuk menjawab masalah ini terdapat
dua pandangan penting, yaitu pandangan behaviouristik dan pandangan
kognitif.
3
Menurut pandangan behavioristik,
belajar adalah perubahan dalam tingkah laku, cara seseorang berbuat pada
situasi tertentu serta perubahan tersebut dapat diamati, artinya berpikir dan
emosi tidak menjadi perhatian dalam suatu aktivitas belajar karena tidak bisa
diamati. Sebaliknya menurut pandangan kognitif belajar adalah proses internal
yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan terjadi dalam
kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu
dan perubahan tersebut hanyalah refleksi dari perubahan internal
Dalam perkembangannya para
behaviourist baru, neo-behaviourist telah berusaha memperluas
pandangannya tentang belajar dengan memasukan aspek-aspek yang tidak dapat
diamati secara langsung, seperti harapan-harapan, keinginan-keinginan,
keyakinan dan pikiran seperti terlihat dalam pandangan Albert Bandura
yang terkenal dengan teori kognitif sosialnya yang menganggap bahwa belajar itu
lebih dari sekedar perubahan dalam tingkah laku yang teramati, melainkan juga
mencakup pencapaian pengetahuan dan tingkah laku yang dapat diamati yang
berdasar pada pengetahuan tersebut.
Dengan memperhatikan berbagai
pandangan tentang makna belajar, maka dapatlah diartikan bahwa belajar
merupakan suatu perubahan internal yang terjadi pada diri seseorang, perubahan
dalam potensi untuk bertingkah laku, serta perubahan tingkah laku itu sendiri. Implikasi
dari pengertian ini adalah bahwa seorang guru atau dosen pasti dihadapkan pada
tingkah laku siswa mahasiswa yang teramati seperti hasil pekerjaan siswa mahasiswa
dalam melaksanakan tugas tugas atau tingkah laku mereka di dalam ruangan
belajar, dan aspek yang kurang tidak
teramati secara langsung seperti berpikir abstrak serta sikap.
4
2.
Mengajar
tugas guru adalah membimbing siswa untuk belajar
dalam rangka mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkannya.
Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses mengorganisir
lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga pada diri siswa terjadi
proses belajar. Dalam hal ini, S. Nasution 1982:8 mengemukakan bahwa
mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisir lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu proses kegiatan
yang disengaja dan terencana untuk membimbing dan mengawasi siswa
dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Seorang guru sebagai pengajar Slameto, 1991:40 harus
memerhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)
Konteks
Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks
belajar itu sendiri.Ciri-ciri konteks yang baik adalah membuat
pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat sekali,
terdiri dari pengalaman yang actual dan konkret.Pengalaman
yang konkret dan dinamis merupakan alat untuk menyatakan
pengertian yang sifatnya sederhana sehingga dapat ditiru untuk diulanginya.
2)
Fokus
pengajaran akan berhasil dengan
penggunaan vokalisasi. Untuk mencapai proses yang efektif, harus dipilih
fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti: memobilisasi
tujuan, memberi bentuk uniformitas pada belajar,
5
3)
Sosialisasi
Kondisi sosial dalam suatu kelas banyak sekali
pengaruhnya dalam proses belajar pada kelas tersebut. Sehingga dalam hal
ini sosialisasi harus dilakukan. Sosialisasi yang baik akan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: adanya fasilitas sosial, perangsang,
dan kelompok demokratis.
4)
Sequence
Dalam proses belajar mengajar dipandang sebagai
suatu pertumbuhan mental, siswa dapat mengalami kegagalan
atau mungkin juga sukses. Ciri-ciri sequence yang baik
adalah pertumbuhan bersifat kontinyu, tergantung pada tujuan, tergantung pada
munculnya makna, merupakan perubahan dari yang abstrak ke arah konkrit,
sebagai gerakan dari kasar dan global ke arah yang membedakan, dan
pertumbuhan itu merupakan transformasi.
5)
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan
perubahan siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat
pada perubahan tersebut.
Kelima prinsip mengajar di atas haruslah diperhatikan
oleh guru, agar guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga
dapat menumbuhkan minat belajar siswa.Dan yang terpenting tujuan
pengajaran dapat tercapai dengan baik.
6
3.
Pembelajaran
Istilah pembelajaran menjadi istilah
yang makin populer dan banyak digunakan dalam dunia pendidikan.Pembelajaran
merupakan terjemahan dari Instruction dimana sebelumnya dipadankan dengan
istilah pengajaran, oleh karena itu terkadang terjadi penggunaan yang saling
mengganti antara istilah pembelajaran dengan pengajaran (mungkin lebih tepat
pengajaran itu sebagai terjemahan dari teaching).
Pengajaran diartikan sebagai proses
belajar mengajar yang merupakan interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang
dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran, yakni
kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Nana Sujana 1996 Bila diperhatikan, pengertian pengajaran tersebut menunjukan
titik berat pada peran guru atau dosen sebagai pengajar dengan segala
kewenangannya serta menempatkan pembelajar.Siswa atau mahasiswa, sebagai pihak
yang bersifat pasif dan hanya bersifat menerima.
Pendekatan semacam ini disebut
pendidikan yang berpusat pada guru atau dosen.teacher centered education.yang
awalnya berkembang di Eropa ketika pengajar. Guru atau dosen menjadi satu satunya
sumber belajar, namun dengan berkembangnya teknologi termasuk bidang percetakan
serta perkembangan bidang-bidang ilmu pendidikan telah menyebabkan pola atau pendekatan
teacher-centered education tidak dapat dipertahankan lagi. Sementara itu
bila diperhatikan penggunan istilah pembelajaran lebih mengacu pada upaya
menempatkan siswa atau mahasiswa sebagai pihak yang aktif.Student centered
education, dalam perannya menjadi seorang pembelajar.
6
oleh karena itu penggunaan istilah
yang berbeda. pengajaran dan pembelajaran, untuk padanan kata instruction
didalamnya mengandung wawasan dasar yang berbeda dalam memposisikan
siswa/mahasiswa dalam suatu proses belajar mengajar, dari teacher centered
education menjadi student centered education
Untuk lebih memahami makna dari
istilah pembelajaran, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi tentang
pembelajaran :
1. Pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oemar Hamalik 1999.
2. Pembelajaran
: Keseluruhan peraturan kegiataan yang memungkinkan dan berkenaan dengan
terjadinya interaksi belajar mengajar. Mac Donar
3. Proses
belajar mengajar atau pembelajaran membantu pelajar mengembangkan potensi
intelektual yang ada padanya. Proses pembelajaran yang juga merupakan proses
pendidikan dilangsungkan di dalam lembaga yang mengadakan proses pembelajaran
itu. J.Drost,SJ
4. Pembelajaran
adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar D.
Sudjana
Dari pengertian tersebut
nampak bahwa pembelajaran merupakan proses yang kompleks , di
dalamnya mencakup proses/kegiatan belajar dan kegiatan mengajar. Kegiatan
belajar terutma terjadi pada siswa dengan segala aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sedangkan kegiatan mengajar diperankan oleh guru atau doses dalam
perannya sebagai fasilitator dan desainer proses pembelajaran.
7
Oleh karena itu kualitas proses
pembelajaran termasuk juga hasil-hasilnya sangat ditentukan oleh kualitas
interaksi dalam proses tersebut, meskipun dikarenakan kewenangannya peran
guru/dosen akan lebih menonjol bila dilihat dari sudut manajemen pembelajaran.
Dalam suatu institusi pendidikan,
murid/mahasiswa dipandang pihak yang belajar, guru/dosen sebagai pihak
yang mengajar dan seluruh konstelasi tersebut serta komponen-komponennya dalam
suatu setting tertentu pada dasarnya menggambarkan suatu proses pembelajaran
yang merupakan salah satu aktivitas penting dalam proses pendidikan pada
institusi pendidikan. proses pembelajaran merupakan suatu interaksi antara
Pembelajar siswa atau mahasiswa dan pengajar
B.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling
penting dalam implementasi kurikulum.Untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi
pembelajaran dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran.Untuk itu dalam
melaksanakan pembelajaran seyogyanya seorang pengajar tahgu bagaimana membuat
kegiatan pembelajaran itu berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan bagian penting
yang perlu diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip-prinsip
pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran
sehingga pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu diketahui
adalah :
8
1.
Prinsip
perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan
yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas
belajar. Motivasi berhubungan erat dengan minat, siswa yang memiliki minat
lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang
lebih terhadap mata pelajaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih
tinggi dalam belajar.motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting
juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
2.
Prinsip
Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana
seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku,
terjadi kegiatan metrespon terhadap setiap pembelajaran.
3.
Prinsip
Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan prinsip aktivitas, bahwa setiap
individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap
kegiatan pembelajaran harus melibatkan diri ( setiap individu ) terjun
mengalaminya.
4.
Prinsip
Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya
prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil
belajar yang dikemukan oleh Edward L. Thorndike 1974 – 1949 tentang law of
lerning, yaitu “ law of effect, law of exercise and law of readiess “
9
5.
Prinsip
Tantangan
Implikasi lain adanya bahan belajar yang dikemas dalam
suatu kondisi yang menantang seperti mengandung masalah yang perlu dipecahkan,
siswa aka tertantang untuk mempelajariny. Dengan kata lain pembelajaran yang
memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dean
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dab generalisasi tersebut.
6.
Prinsip
Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapat hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang
segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode
pembelaran yang menantang, seperti Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih
giat dan bersemangat.
7.
Prinsip
perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses
belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik
secara fisik maupun psikism, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung
implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan
kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
10
C.
Pilar Pembelajaran
Pendidikan
menurut Unesco meliputi empat pilar, yaitu;
1.
Learning to know (belajar mengetahui)
Pendidikan pada hakikatnya merupakan
usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi
kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak
sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang
tidak bermanfaat bagi kehidupannya.
Untuk mengimplementasikan “learning
to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya
sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda
sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan
pengetahuan siswa.
2.
Learning to be (belajar melakukan sesuatu)
Pendidikan juga merupakan proses
belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar
menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta
pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan,
serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali
manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil
berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna
bagi kehidupan.Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya
memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki,
serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan
sesuatu) dapat terrealisasi.
11
3.
Learning to be (belajar menjadi sesuatu)
Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to
be). Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik,
kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya.Misal : bagi siswa
yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas
untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai
kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk
menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.
Menjadi diri sendiri diartikan
sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku
sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi
orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
4.
Learning to live together (belajar hidup bersama)
pada pilar keempat ini, kebiasaan
hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu
dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya
sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama.Dengan kemampuan yang
dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal
untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan
sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang
peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam
bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).
12
D.
Energi Pembelajaran
Energi adalah kemampuan untuk
melakukan usaha,dan perlu kit ketahui bersama kata energy justru bermampaat pad
saat terjadinya perubahan bentuk dalan kehidupan sehari-hari,Banyak kita jumpai
peristiwa perubahan energy yang erat kaitan dengan aktivitas sehari-hari
contonya dalam pembelajaran sangat dibutuhkan energy pembelajaran ,kedua kata
tersebut sanagat erat kaitan nya.maka kedua kata tersebut dapat kita artikan
kemmpuan untuk melakukan usaha pembelajaran yang merupakan salah-satu aspek
yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan energy pembelajaran.
13
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan pembelajaran yang menakankan pada proses belajar mengajar
yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Mulyasa, 2005 : 99. Pendekatan keterampilan proses terjadi apabila siswa dapat
menerapkan dan mengalami apa yang sedang terjadi atau yang dialaminya atau
pengalaman sesungguhnya.
pendekatan keterampilan proses
dalam penegasan istilah ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
semata-mata menekankan pada siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan
yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar IPA agar kreatifitas yang
adadalam diri siswa dapat dikembangkan seperti keterampilan mengamati,
mengkomunikasikan dan menyimpulkan apa yang dilakukannya serta dapat menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Alhamdulillah
atas rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, kami masih diberi kesempatan dan
keleluasaan dalam berfikir sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah kami.Tidak
lupa, sholawat dan salam selalu kami haturkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad
SAW. Atas petunjuknya semau memberikan inspirasi pada pengembangan pemikiran
kami. Makalah ini kami susun pada kesempatan kali ini tentunya masih banyak
sekali kekurangan di sana sini. ambillah yang jernih dan tinggalkan yang
keruh.Semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat pada kita semua, Amien.
14
DAFTAR
PUSTAKA
v Martin, Kanginan, 2000, Fisika
SLTP 3, ,Jakarta, Erlangga
v Karttono, Kartini, 1980, Pengantar
Metodologi Research, ,Bandung, Alumni
v Hallliday dan Resnick, 1977, Fisika,
Erlangga, Surabaya
v Itok, Muhammad. 2006. Fisika SMA Kelas:
X, XI, XII. Pressindo: Ypgyakarta.
15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar