Jumat, 22 Januari 2016

MAKALAH TENTANG TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN

BAB II
PEMBAHASAN


A.  TANGGUNGA JAWAB PENDIDIKAN
Disamping tanggung jawab pendidikan ada suatu bimbingan dari salah satu nya adalah yaitu keluarga, keluarga sangat dipentingkan oleh pendidikan .*KELUARGA *
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat berdiri sendiri dalam mencukupi kebutuhannya. Dalan kehidupan ia selalu terkait dengan yang yang lain.baik lingkungan  maupun keluarga. Dalam hal ini keberlangsungan pendidikan setidak nya terkait dengan tiga unsur, salah satu nya adalah keluarga.
Al-quran melalui salah satuayatnya menegaskan bahawa, pendidikan yang dijadikan sebagai proses penyemaian nilai nilai dalam diri manusia harus diawali dari lembaga yang terkecil. Mulai dari diri sendiri, berkembang kepada keluarga dan baru masyarakat secara luas.
Firman allah yang berbunyi sebagai berikut :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur  ÇÏÈ
Hai orang orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka yang bahan bakarnaya adalah manusia dan batu penjaganya malaikat malaikat yang kasar yang tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang dieprintahkan. { Q.S. Al- Tahrim/66:6 }
Ayat diatas memberikan gambaran bahwa dakwah dan pendidikan harus diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu diri sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat diatas awalnya berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu siksaan. Dalam membicarakan siksaa, al-quran menyebutkan bahan bakar neraka, bukan model dan jenis siksaannya.
Sejalan dengan pemahaman diatas, dalam ayat lain al-quran kembali menegasakan bahawa orang tua harus memberikan perhatian secara dini terhadap masa depan anak keturunannya. Hal ini karena kegagalan dalam penanaman nilai nilai suci apad usia dini, sangat berpeluang untuk menjadi tidak terkontrol ketika usia dewasanya kelak.
Firman allah yang berbunyi sebagai berikut :
|·÷uø9ur     šúïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz Zp­ƒÍhèŒ $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøŠn=tæ (#qà)­Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´ƒÏy ÇÒÈ
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.{Q.S An. Nisa: 9}
sebagian mufassir mengemukakan tiaga pendapat tentang maksud ayat tersebut, pertama, orang orang yang hadir pada saat seseorang mau meninggal semestinya tidak mendorong orang itu agar menginfakkan sebagian besar kekayaan untuk tujuan amal karena anak anak nya dihawatirkan tidak mampu menjalankannya dengan baik.
Kedua, orang yang mau meninggal itu  sendiri seyokyanya tidak mewasiatkan kekayaan nya terlalu banyak pada pihak lain, sehingga ahli waris sendiri kekurangan seper tiga saja, sudah banyak sekali.
Ketiga, mereka yang menjadi wali anak yatim seharus nya menjaga kekayaan yang ditinggalkan kepada anak yatim dengan baik, sebagaimana ia menjaga harta nya sendiri yang akan diwariskan kepada anaka anak nya,
Ketiga versi ini isyarat dari tafsir diatas jelas berkenaan dengan kekayaan yang ditinggalkan olah seorang mau meninggal. Dengan alasan apapun kekayaan itu tidak bioleh dihabiskan, tetapi harus tetap dijaga untuk diwariskan kepada keturunannya supaya mereka tidak terlunta luntaspeninggal orang tuanya. Ada beberapa hal yang perlu kita tangkap dari ayat diatas:
1.    Orang tua diminta oleh allah untuk menyedikan bekal yang cukup bagi anak anak nya. Itu menunjukkan bahwa allah  meminta orang tua bekerja karas agar memperolah kecukupan materi.
2.    Materi, bila sudah diperoleh tidak boleh dihambur hamburkan, orang tua harus hemat dan rajin menabung supaya tersedia materi yang cukup bagi keperluan anaka anak dimasa depan.
3.    Masa depan keturunan harus diusahakan terjamin. Dan masa depan ditentukan oleh kukuatan fisik, mental dan intlektual. Materi yang tersedia, dengan demikian harus dapat membangun ketiga segi kekuatan tersebut. Itu lah tanggung jawab dan fungsi sebagai orang tua.
Oleh karena itu azat tersebut meminta kepada siapa saja yang berada dalam suatu fungsi agar mëlaksanakan fungsi untuk mencapai dan kemajuan yang maksimal. Suatu fungsi bukan hanya suatu kehormatan, tetapi adalah tugas atau amanah yang berat yang dibebankan kepada orang tua atau setiap orang yang diatas pundaknya suatu tanggung jawab yang harus dilaksanakan.
Kehidupan keluarga jika diibaratkan sebuah bangunan demi terpiliharanya bangaunan itu dari terpaan badai dan goncangan gempa, maka ia harus didirikan diatas fondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang kualitas serta kokoh. Fondasi keluarga adalah pendidikan agama yang disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon kedua orang tua. Oleh karena itu al-quran menganjurkan bagi orang yang belum siap mental dan fisik agar ia bersabar lewat berpuasa agar senantiasa terjaga kesucian nya dari kehinaan dan kenistaan.
É#Ïÿ÷ètGó¡uŠø9ur tûïÏ%©!$# Ÿw tbrßÅgs %·n%s3ÏR 4Ó®Lym ãNåkuŽÏZøóムª!$# `ÏB   ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ÇÌÌÈ
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. {Q.S An.Nur : 33}
Keluarga adalah sekolah tempat putra putri bangsa belajar. Dari keluarga mereka dapat mengetahui sifat siafat yang mulia seperti kesetiaan, ramah, kasih sayang dan lain sebagainya. Dari kehidupan suami dan istri memperoleh sifat sifat keberanian yang berasal dari pembelaan untuk melindungi keluarga. Dari unitnya kecil ini nantinya akan menjadi modal besar bagi keberlangsungan suatu bangsa dan masyarakat.
B.  TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN
Membicarakan tanggung jawab pendidikan, merupakan wacana yang tidak bisa dipisahkan dengan tema tentang tanggung jawab intlektual. Karena pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap tranformasi intlektual, dan intlektual mempunyai kelaziman untuk menjadikan orang terdidik. Oleh karena itu islam selalu menghimbau kepada setiap muslim untuk mengambil peran sebagai da’i { penyeru } ketika ia membaca dan menafsirkan al-quran. Q.S Yusuf : 108 }
ö@è% ¾ÍnÉ»yd þÍ?ŠÎ6y (#þqãã÷Šr& n<Î) «!$# 4 4n?tã >ouŽÅÁt/ O$tRr& Ç`tBur ÓÍ_yèt6¨?$# ( z`»ysö6ßur «!$# !$tBur O$tRr& z`ÏB šúüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÊÉÑÈ
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
Selain itu, islam juga mengingatkan kepada orang yang berilmu untuk menzampaikan kebenaran dan melanjutkan hittah para rasul. Dalam hal ini, kita akan melihat bagaimana tanggung jawab sebuah pendidikan dengan menelaah sosok seorang tokoh yang disampingkan al-quran sebagai model dalam mendidik generasinya.
a.      Tela’ah Q.S Luqman: 12-14
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ

12.  Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ

13.  Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dalam mentransformasi kan sebuah nilai, alquran sering menampilkan sosok seorang tokoh sebagai teladan bagi umat islam, seperti sosok luqman yang menjadi pemimpin yang bijak bagi keluarga dan anak anak nya. Albaidawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tokoh tersebut adalah luqman bin baura’ yang berasal dari anak keturunan azar. Ia termasuk saudara perempuan ayub yang berasal dari mesir yang hidup pada masa nabi daud. Ia pernah menimba ilmu dari nabi daud sehingga dalam pandangan jumhur ia adalah orang yang sangat bijak, meskipun ia tidak masuk dalam darajad nabi atau rasul.
Dalam ayat diatas, allah menegaskan bahwa ia telah memberikan al-hikmah kepada seorang hamba yang bukan nabi dan rasul yang bernama “ luqman” secara bahasa kata al-hikmah berasal dari kata hakama yang bearti mencegah sesuatu untuk suatu upaya demi keselamatan. Oleh karena itu kendali yang digunakan u ntuk memandu jalannya kuda juga disebut dengan hakam, sementara jika dikoleasikan dengan manusia, maka kata tersebut bearti pengatahuan tentang yang maujudat dan perlakuan kebajikan.
Dari makna tersebut sebagian mufassir ada yang mengartikan hikmah dengan arti taufik untuk melakukan pebuatan yang didasakan pada ilmu dan pemahaman yang menjadikan ia tahu cara bersyukur kepada allah atas segala pemberiannya, tahu caa beterima kasih kepada manusia serta mampu mempungsikan segala yang ada semata mata hanya untuk kebajikan dan kemaslahatan.
Disamping itu kata tersebut juga digunakan untuk menyampaikan pesan kebajikan yang menyentuh kalbu atau prasaan orang lain yang dituju. Kondisi ini sering kita jumpai dimana alquran sering menggunakan kata tesebut dalam konteks tertentu seperti :
1.      Dalam konteks pengajaran, sebagaiman firman allah dalam suat {an-nahl ayat 90}
* ¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ
          90.  Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
2.  dalam konteks peringatan, seperti firman allah dalam surat saba’: ayat 46 .
* ö@è% !$yJ¯RÎ) Nä3ÝàÏãr& >oyÏmºuqÎ/ ( br& (#qãBqà)s? ¬! 4Óo_÷WtB 3yŠºtèùur ¢OèO (#r㍤6xÿtGs? 4 $tB /ä3Î6Ïm$|ÁÎ/ `ÏiB >p¨ZÅ_ 4 ÷bÎ) uqèd žwÎ) ֍ƒÉtR Nä3©9 tû÷üt/ ôytƒ 5>#xtã 7ƒÏx© ÇÍÏÈ
                 46.  Katakanlah: "Sesungguhnya Aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; Kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.
Seruan luqman kepada anaka anaknya dalam ayat diatas menggunakan bunayya tidak munggunakan kata ibni, menunjukkan tanggung jawab tersebut lebih bersifat parenial yang tidak hanya terbatas pada anak,tetapi juga keturunan secara umum, konorasi makna dari pesan yang disampaikan melalui hubungan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan yang pertama diterima dan dilakukan terhadap anak adalah dalam wilayah keluarga, dimana keluarga dan orang tua bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan nya.
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
14.  Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.{ Q.S Luqman : 14}
Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak diisyaratkan dengan kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagai balas jasa atas jerih payah dalam mendidik nya semenjak masih dalam kandungan.
Dari paparan ayat diatas jika kita kolerasikan, maka akan terlihat bahwa hikmah yang diberikan oleh allah kepada lukman, mampu menjadikan dia sebagai orang yang dapat mensyukuri nikmat allah yang telah diberikan kepadanya.
Kondisi yang seperti ini sungguh sangat berbeda sekali bila dibanding dengan kebanyakan manusia sekarang, dimana ketika ia mendapatkan nikmat dari tuhannya, yang nampak dalam dirinya adalah sirat kufur, sangat susah menggunakan nikmat yang diberikan allah kepada jalan yang terbaik.
b.  Q.S Al- Syu’ara ; 214-17.
öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB š ÇËÊÎÈúüÏZÏB÷sßJø9$# ÷bÎ*sù x8öq|Átã ö@à)sù ÎoTÎ) Öäü̍t/ $£JÏiB tbqè=yJ÷ès? ÇËÊÏÈ ö@©.uqs?ur n?tã ̓Íyèø9$# ÉOŠÏm§9$# ÇËÊÐÈ
214.  Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
215.  Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
216.  Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan";
217.  Dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
Dari ayat diatas dapat kita mengambil kesempulan, bahwa kita beri tau pada karabat karabat kita semua baik dekat maupun jauh, rendahkan lah diri kita dan dekatkan lah diri pada allah yang maha kuasa, jangan lah kita durhaka terhadap orang tua kita maupun terhadap allah swt khususnya , dan berserah dirilah kita kepada sang pencifta yaitu allah swt, apapun permasalahan yang ada peda diri kita, mari kita mengahadap kepada allah, sesungguhnya allah maha perkasa lagi maha penyanyang.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      









BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
            Kesimpulan dari pemakalah kita secar garis besar bahwa, dalam proses pendidikan, sangat perlu sekali dibimbing, terutama dibimbingkan oleh, orang tua, keluarga masyarakat, guru, nah kita sebagai orang tua rumah tangga didik lah anak dengan baik, dan kita sebagai keluarga dan masyarakat tolong perhatikan tingkah lakunya terhadap masyarakat yang kurang baik, ditegur sebab keluarga dan masyarakat adalah didikan diluar sekolah dan seorang guru adalah didikan didalam sekolah, kita sebgai calon guru nantinya harus kita didik dengan baik, baik berupa rohani dan jasmani, mulai dari umumnya maupun dari segi agama nya harus kita perhatikan dengan semaksimal mungkin.
B.       Kritik Dan Saran
            Kami dari pemakalah telah menampilkan makalah kami, semoga bermanfaat untuk kita semua amin yarabbal’alamin,  disamping itu jika ada kesalahan dari makalah kami, kami mohon maap yang sebesarnya kepada allah kami mohon ampun pada manusia kami mohon maap, kami akhiri wallahul muwaffiq ila aqwamitthoriq wassalamu’alaikum warohmatullahi wabar katuh.

           









Tidak ada komentar:

Posting Komentar