MAKALAH
TUGAS PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM
PROSES BELAJAR MURID SD
Dosen Pengampu : Syahrul ali Marno, S.Pd.
M.Pd.I.
Mata Kuliah Fsikologi Pendidikan
DI SUSUN
O
L
E
H
PERINDIVIDU
ISTRAWANI
NIM: T.PAI.I.2013.0
Jurusan: Tarbiah/PAI
Lokal: B
Smester :IV
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM SYEKH MAULANA QORI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MAULANA QORI BANGKO
JURUSAN TARBIYAH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Anak didik tidak pernah lepas dari
belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Kemampuan kognitif sangat diperlukan anak didik dalam pendidikan. Perkembangan
kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan anak
didik. Kita ketahui bahwa anak didik merupakan objek yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan
keberhasilan anak didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah,
guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
interaksi edukatif dan pengembangan kognitif anak didik, perlu memiliki
pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak
didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam
kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan
keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang
perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif
anak murid, dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap
perkembangan kognitif, antara lain:
1.
Apa
pengertian perkembangan kognitif ?
2.
Bagaimana
proses perkembangan kognitif anak murid ?
3.
Apa
saja karakteristik perkembangan kognitif anak murid dan tahap-tahapnya?
4.
Masalah
apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan bagaimana
solusinya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan Kognitif
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan
yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi
tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan
kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak didik menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya
dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek perkembangan anak didik yang berkaitan dengan
pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan
(Desmita, 2009).
Teori perkembangan kognitif, menurut
Pieget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan
tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. Seorang anak
tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung
menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara
bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif
menurut Vygotsky berbeda dengan piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep
sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky
juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru
saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani
tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa
dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
dan dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan
oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan
dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa
depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
B. Proses Perkembangan Kognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan
kognitif, ada dua alternative proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan
tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan
kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang
anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak
usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap
sensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2
sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap
operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan
Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
a.
Tahap
Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi
bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan
pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui
pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
b.
Tahap
Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak
mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai gambar. Kata dan
gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan
melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita, 2009).
c.
Tahap
Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara
logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan
benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam
tahapan konkret-operasional masih mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk
melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit.
Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal,
yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan
masalah ini dengan baik.
d.
Tahap
Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja
berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.
C.
Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Didik.
Karakteristik perkembangan kognitif anak
didik salah satunya, yaitu:
1. Masa kanak-kanak awal
a.
Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak
awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun, sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak
belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang
mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua
adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representional,
yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock,
1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang
berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang
berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang
berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun
secara formal dapat ditempuh di
taman kanak-kanak.
b.
Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak
berada pada tahap praoperasional. Dikatakan praoperasional karena pada tahap
ini anak belum memahami. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga
subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan
subfase berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi
perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir
secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan
menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan
kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan
bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab
itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi
secara baik.
Fase praoperasional mencakup
tiga aspek, yang memilikikemampuan yaitu:
1)
Berpikir
Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek
dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak
telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik
tidak hadir. Contoh kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok
kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya.
Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Pada fase
praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di
sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan
tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak
harus berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan objek, orang, atau
peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat membanyangkan objek atau
orang tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya.
Contoh: Citra bertanya kepada
ibunya tentang gajah yang mereka lihat dalam perjalanan mereka ke sirkus beberapa bulan yang lalu.
2)
Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara
egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau
tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum
dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget,
pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan
bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir
secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris
ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir
orang lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa
sebagaimana yang mereka lakukan.
Contoh: Clara menyadari bahwa dia harus mebalik buku
agar ayahnya dapat melihat gambar yang dia minta untuk diterangkan. Dia malah
memegang buku di depan wajahnya sehingga hanya dia sendiri yang dapat malihat
buku tersebut.
3)
Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif,
yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun
balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.
Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut
subfase berpikir secara intuitif karena
pada saat ini anak kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu. Contoh: Ani menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani
tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi
rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara
kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
2. Masa Kanak-kanak Akhir
Menurut teori Piaget, pemikiran anak –
anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret
Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek –
objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan
untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam
keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur –
angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif
dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang
lebih konkrit, rasional dan objektif.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam
proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a.
(Negation), yaitu pada masa
konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yag
satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b.
Hubungan Timbal Balik (Resiprok),
yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c.
Identitas, yaitu anak sudah mampu
mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada. Operasi yang terjadi dalam
diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat
bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki
struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu
tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada anak didik
merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua.
Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang
termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita
harus mengetahui proses perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik
perkembangan kognitif anak didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan
pemahaman pada karakteristik perkembangan anak didik, pengajar dan orang tua
dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai
dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat
menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
B. Kritik Dan Saran
1.
Diharapkan
kepada anak didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut berpartisipasi
dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2.
Peran
serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan anak didik sesuai karakteristik
perkembangan kognitif anak.
Kemudian saya selaku
pemakalah jika ada kesalahan dan kekurangan saya mohon maap yang sebesar
besarnya. Saya akhri dengan lafaz yang mulia wassalamualaikum warohmatullahhi
wabar kaatuuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan anak Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ø Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan anak didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Ø Papalia,
Dian.,dkk. 200. Human Development
(Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana.
terimakasih penulisannya, tapi poin masalah beserta solusi belum anda tulis.
BalasHapus