MAKALAH
HADIS TARBAWI
RUANG LING TENTANG AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR
DOSEN PENGAMPU: ABDUL KHADIR S.Pd.I
Di Susun
O
L
E
H
KELOMPOK:8
LUKMAN HAKIM
NIM:T.PAI.I.2013.062
MISNA
NIM:T.PAI.I.2013.0
RENTI
NIM:T.PAI.I.2013.0
Lokal: III B
Jurusan:tarbiyah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MAULANA QORI BANGKO
TAHUN AKADEMIK 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjat kehadirat alloh SWT , yang telah
memberikan kita kesempatan sehingga kita semua sempat merasakan ni’mat
kesehatan dan kesempatan, semoga kita semua mendapatkan lindungan dari jua
alloh SWT.
Sholawat dan salam juga
tak henti-hentinya kita ucapkan solawat kepada beliau, yang mana kita tahu
beliau adalah promotor umat yang berhasil membawakan kita ke alam yang penuh
ilmu pendidikan, seperti yang kita rasakan padasa’at sekarang ini. Solawat nya
yang berlapas…
اللهم صلى على محمد وعلى ال محمد
Dengan
adanya pembacaan solawat mudamudahan nabi membantukan kita baik pada saat tiian sirotul mustakim maupun
pada saat hisab atau perhitungan amal kita waktu masih dunia baik amal yang
bagus atau tidak bagus.
DAFTAR
ISI
Halaman judul............................................................................................!
Kata
pengantar..........................................................................................!!
Daftar isi....................................................................................................I
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................2
A. Latar belakang masalah......................................................................3
B. Rumusan
masalah................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................5
A.Pengertian
secara garis besar................................................................6
B.penegak
kebenaran selalu muncul........................................................7
C.perintah
mencegah kemungkaran serta bahayanya..............................8
D.akibat memerintah
pada yg ma’ruf tapi tak melaksanakannya............9
BAB III PENUTUP.............................................................................10
A.Kesimpulan........................................................................................11
B.Kritik dan
saran..................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Agama Islam adalah agama yang sangat
memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban
menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak
bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan
melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya
amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati,
mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Al Qur'an al karim telah menjadikan
rahasia kebaikan yang menjadikan umat Islam istimewa adalah karena ia mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah: “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali
Imran: 110)
B. Rumusan Masalah.
1.penegak kebenaran selalu muncul
2.perintah mencegah kemungkaran
3.bahaya orang yang tidak mencegah kemunkaran
4.akibat memerintah pada yang ma’ruf tapi tidak melaksanakannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian amar ma’ruf secara garis besar
Para Ulama islam
sepakat bahwa mengajak berbuat baik dan mencegah berbuat kejahatan atau “al-Amr
bi al-makruf wa al-nahyi ‘an al-mungkar” adalah keharusan setiap muslim.
Perbedaannya hanya terletak pada pelaksanaanya. Berikut ini uraian amar makruf
nahi mungkar menurut al-Qur’an dan hadist nabi. QS. Ali Imran 104
وَلْتكُنِ
مِنْكُمْ اُمَّةُ يَدْعُوْنَ اِلَى الخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِهُوْنَ.
Artinya:Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan
orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itu lah orang-orang yang beruntung (Ali
Imran :104) Qs. Ali Imran 110
كُنْتُمْ
خَيْرُ أُمُّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وتُأْمِنُوْنَ بِاللَهِ وَلَوْ اَمَنَ اَهْلُ الْكِتَابَ لَكَانَ
خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمْ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمْ الْفَاسِقُوْنَ
Artinya:Kamu umat islam adalah umat terbaik yang di
lahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman,
bnamun kebanyakan mereka adalah orang-orang pasik.(QS. Ali Imran : 110)
Dalam ayat 104 di atas, Allah menganjurkan kepada
orang-orang islam, hendaklah diantara mereka ada orang-orang yang aktif
berdakwah di jalan Allah, yaitu memberikan penjelasan-pnjelasan tentang
ajaran-ajaran agama yang harus di laksanakan dan di berikan penerangan tentang
larangan-larangan Allah bagi orang-orang islam. Tumbuhnya amar makruf nahi
mungkar di kalangan umat islam akan menjamin kebahagiaan hidup mereka baik di
dunia maupun di akhirat.
Sedangkan ayat 110, Allah menegaskan bahwa umat islam
adalah memang diciptakan untuk menjadi umat teladan bagi umat-umat yang lain
karena mereka membawa misi dakwah, yaitu mengajak kepada perbuatan-perbuatan
yang baik dan benar, serta mencegah segala perbuatan yang keji dan mungkar. Hadist tentang perintah melakukan amal ma’ruf nahi mugkar
وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ دَعَا اِلَى هُدًي كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثلُ
أُجُوْرِ مَنْ تَبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئا وَمَنْ
دَعَا اِلَى ضَلَالَةَ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثلُ آثَامِ مَنْ تَبَعَهُ
لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئا (روه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda: “siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran,
maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa
dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia
mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun”
(HR Muslim1}[1]
B.
Penegak Kebenaran Selalu Muncul
حَدِيْثُ
اْلمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ, عَنِ النَّبِىِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,
قَالَ: لَايُزَالُ النَّاسُ مِنْ أُمَّتِى ظَاهِرِيْنَ حَتَّى يَاْتِيَهُمْ اَمْرُ
اللهِ وَهُمْ ظَاهِرُوْنَ. (متفق عليه)
artinya“Dari Al-Mughairah bin Syu’bah dari Nabi saw, ia berkata :
sekelompok dari umatku selalu memperjuangkan (kebenaran) sehingga datang kepada
mereka keterangan Allah, sedang mereka menempuh jalan yang benar”.
C.
Perintah Mencegah Kemungkaran
Nabi Muhammad saw
menyuruh kita untuk mengubah kemungkaran yang kita saksikan, kemungkaran
tersebut harus di ubah agar berganti mnjadi kebaikan sesuai dengan kadar
kemampuan kita . Mencegah kemungkaran adalah bagian dari cabang iman sedang
iman bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan kondisi seseorang dalam
melaksanakan perintah syariat. Semakin banyak melakukan kebijakan maka iman pun
semakin kuat, sebaliknya semakin banyak melakukan maksiat maka iman pun semakin
rapuh. Oleh sebab itu manusia di haruskan selalu menyuru kepada kebaikan
dan mencegah yang mungkar agar dapat mempertebal keimanannya. Seperti sabda
Rasulullah.
عَنْ اَبِيْ
سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإيْمَانِ (روه المسلم)
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata saya telah
mendengar Rasulullah saw berabda: Barang siapa diantara kalian yang melihat
kemungkaran maka ubahlahkemungkaran tersebut dengan tangannya jika tidak mampu
maka dengan lisanni, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah
selamahnya iman. )HR.muslim).
Rasulullah bersabda “ siapa yang menyaksikan”, yang di
maksud oleh nabi adalah siapa saja yang mengetahuinya, meskipun belum melihat
dengan mata kepalanya. Jadi mencakup orang yang melihat dengan matanya langsung
atau mendengar dengan telinganya, atau mendapat kabar yang meyakinkan dari
orang lain. Maksud menyaksikan disini bukan dengan mata kepala saja,. Meskipun
zhahir hadist menunjukkan hal itu hanya penglihatan dengan mata kepala saja,
namun selama lafazhnya mencakup makna yang lebih umum maka bisa di maknai
dengan umum.
Dalam hadist lain nabi
meriwayatkan perumpamaan orang-orang
عَنْ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِ ص م قَالَ
"مَثَلُ الْقَائِمِ فِي حُدُوْدِ اللهِ وَاْلوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ
اسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ اَعْلاَهَا وَ بَعْضُهُمْ
اَسْفَلَهَا، وَكَانَ الَّذِيْنَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا
مِنَ الْمَاءِ مَرُّوْا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوْا: لَوْاَنَّا
خَرَقْنَا فِي نَصِيْبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَاِنْ
تَرَكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا وَاِنْ أَخَذُوْا عَلَى
أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا وَ نَجَوْا جَمِيْعًا (روه البخاري)
Dari An-Nu’man Ibn Basyir ra, dari nabi saw
beliau bersabda perumpamaan orang yang teguh menjalanankan hukum Allah dan
orang-orang yang terjerumus di dalam adalah bagaikan satu kaum yang terbagi
tempat dalam satu kapal sebagian mereka ada di bagian atas kapal dan sebagian
lagi ada di bagian bawah. Sedang orang di bagian bawah jika memerlukan air
mereka harus naik ke atas melewati orang-orang yang di atas. Maka mereka
berkata “seandainya jika kita melobangi di bagian bawah, kita tidak lagi
menunggu orang-orang yang di atas kita “. Maka jika mereka yang di atas
membiarkan maksud mereka (yang dibawah) pasti mereka semua binasa. Tetapi jika
mereka mencegah tangan mereka, tentu mereka selamat dan semuanya selamat.
(HR.Bukhari)
Allah juga berfirman
dalam surat Al-A’raf : 165
فَلَمَّا
نَسُوْا مَا ذَكِّرُوْا بِهِ أَنجَيْنَا الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْءِ
وَأَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابِ بَئِيْسِ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ
Artinya:Maka setelah mereka melupakan apa yang
diperingati kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orng-orang yang zhalim siksaan yang
keras, di sebabkan mereka selalu berbuat fasik.
D.
Bahaya orang yang tidak mencegah kemunkaran
عَنْ
اَبِى بَكْرٍ الصِدِّيقِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: يَااآيُّهَا النَّاسُ
اِنَّكُمْ تَقْرَئُوْنَ هَذِهِ الْآيةَ: "يَاآيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ لَايَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَديْتمْ،" و
اِنَّى سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: اِنَّ
النَاسَ اِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوْا عَلَى يَدَيْهِ اَوْ شَكَ
اَنْ يَعُمَّهْمُ اللهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ. (رواه ابو داود, الترمذى,و النسائى)
Abu Bakar Asshiddiq r.a berkata; hai sekalian manusia,
hendaklah kalian membaca ayat ini: “yaaiyuhal ladzina aamanu ‘ alaikum
anfusakum laa yadhurrukum man dhalla idzah tadaitum”. (hai sekalian orang yang
beriman, jagalah dirimu tiadalah orang yang sesat itu akan memberikan mudharat
kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk). Dan sesungguhnya saya
mendengar Rasulullah saw bersabda: “ sesungguhnya apabila orang-orang melihat
orang yang bertindak dhalim (berbuat jahat) kemudian mereka tidak
mencegahnya, maka sesungguhnya Allah akan meratakan siksaan kepada mereka
akibat perbuatan tersebut.3}[3]
E.
akibat memerintah pada yang ma’ruf tapi tidak melaksanakannya
حَدِيْثُ
أُسَامَةَ قِيْلَ لَهُ: لَوْ اَتَيْتَ فُلَانًا فَكَلَّمْتَهُ قَالَ: اِنكُمْ
لَترَوْنَ أَّنِّى لَا أُكَلِمُهُ اِلَّا اُسْمِعُكُمْ. اِنِّى اُكَلِّمُهُ فِى
السِرِّ, دُوْنَ أَنْ اَفْتَحَ بَابًا لَا اَكُوْنُ اَوَّلَ مَنْ فَتَحْهُ. وَلاَ
اَكُلُ لِرَجُلٍ, أَنْ كَانَ عَلَىَّ أَمِيْرًا: اِنَّهُ خَيْرُ النَّاسِ, بَعْدَ
شَىْءٍ سَمِعْتهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلمَ قَالُوْا: وَمَا
سَمِعْتهُ يَقُوْلُ؟ قَالَ سَمِعْتهُ يَقُوْلُ: ((يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ, فَيُلْقَى فِى النَّارِ, فتندَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَّارِ,
فَيَدُوْرُ كَمَا يَدُوْرُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ، فَيَجْتَمِعُ اَهْلُ النَّارِ
عَلَيْهِ, فَيَقُوْلُوْنَ: أَىْ فُلَانُ! مَا شَأْنُكَ؟ اَلَيْسَ كُنْتَ
تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ, وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ قَالَ: كُنْتُ
آمُرْكُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَا آتِيْهِ, وَانهَا كُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ
واتِيْهِ)). (متفق عليه)
Usamah r.a ketika ditanya: mengapakah anda tidak pergi
kepada fulan itu untuk menasehatinya. Jawabnya: kalian mengira aku tidak bicara
kepadanya melainkan jika kamu dengar, sungguh aku telah menasehatinya dengan
rahasia, jangan sampai akulah yang membuka pintu, yang aku tidak ingin menjadi
pertama yang membukanya, dan aku tidak memuji orang itu baik meskipun ia
pimpinanku setelah aku mendengar Rasulullah saw bersabda: orang bertanya:
apakah yang anda dengar dari Rasulullah Saw? Jawab Usamah: aku telah mendengar
Rasulullah Saw bersabda; aku dihadapkan seorang pada hari qiamat kemudian
dibuang kedalam neraka, maka keluar usus perutnya dalam neraka, lalu ia
berputar-putar bagaikan himar yang berputar dipenggilingan, maka berkumpullah
penghuni neraka padanya dan berkata: hai fulan mengapakah anda? Tidakkah dahulu
engkau menganjurkan kami untuk berbuat baik dan mencegah dari yang munkar?
Jawabnya: benar aku menganjurkan kepadamu kebaikan tetapi aku tidak
mengerjakannya, dan mencehgah kamu dari yang munkar tapi aku melakukannya.4}[4]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dari keterangan
yang diatas bhwa betapa pentingnya kita mempelajari ilmu hadis, karna dalam
ilmu hadis adakalanya hukum-hukum atau makna yang sangat penting kita amalkan bahkan
diwajibkan kita mengetahuinya kemudian,sesuai dengan judul makalah kami kita
memang wajib mengatahui apa itu ilmu hadis serta apa kegunaannya hadis.
B.
Kritik Dan Saran
Kita sebagai
umat islam dan khususnya sebagai calon pendidik, haruslah mulai banyak belajar
dalam mengkaji tentang masalah ilmu hadis terutama masalah mengatahui apa guna dan
tutjuan hadis . Hal ini sebagai upaya perbaikan pendidikan pada anak didik
kita, agar supaya mereka tau mana yang terbaik dan mana yang tidak baik atau
mana yang datang dari nabi,sekian wallahul muwaffik ila akwamitthorik
assalamu’alaikum warohmatullahi wabar kaathuh...
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Abu Abdullah, dkk,
Lu’lu’ Wal Marjaan (1882), Penerbit Darul Fikri.
Ø
Imam Nawawi, Terjamah
Riyadus Shalihin, Jakarta: Penerbit Pustaka Amani, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar