Jumat, 22 Januari 2016

MAKALAH TENTANG IMAM SYAFI'I

TUGAS
TENTANG IMAM SYAFI’I

A.      PENDAHULUAN
Tarikh Tasyri’ merupakan salah satu kajian penting yang membahas sejarah legislasi pembentukan hukum syari’at Islam, asas tasyri’ dalam al Qur'an, penetapan dan sumber hukum pada Nabi, para sahabat dan fuqaha dalam generasi pertama. Tumbuhnya embrio golongan politik dan pengaruhnya atas perkembangan hukum Islam masa berikutnya. Sehingga munculah istilah-istilah fiqh dan tokoh-tokoh mujtahid, serta pembaruan pemikiran hukum pada masa pasca kejumudan dan reaktualisasi hukum Islam di dunia Islam.
Oleh karena itu, untuk membuka jalan menuju destinasi serta mengetahui urgensinya, maka perlu sebuah kajian dan pembahasan dalam memahami fiqih Islam dengan bentuk kajian ilmiah sesuai dengan metodologi penyelidikan tentang definisi syari’at, fiqih, periodisasi perkembangan hukum Islam, sumber-sumber hukum Islam serta madzhab-madzhab fiqih. Namun dalam makalah ini akan lebih difokuskan terhadap pembahasan perkembangan tarikh tasyri’ pada masa Imam Syafi’i. Dalam penulisan makalah ini ada beberapa yang harus kita perhatikan seperti.
1.    Bagaimana Bentuk Profil Imam As-Syafi’i?
2.    Bagaiman Bentuk Metode Dan Sistematika Musnad Imam As-Syafi’i?
3.    Bagaimanakah Pandangan Ulama’ Terhadap Imam Syafi’i Dan Kitab Musnadnya?
B.       PEMBAHASAN
1.      Profil Singkat
Nama lengkap: Abu Abdillah Muhammad bin Idris As-Syafi'i Al-Muttalibi Al-Qurashi Nama gelar kehormatan: Alimul Ashr, Nashirul Hadits, Imam Quraish, Al-Imam Al-Mujaddid, Faqihul Millah Tempat lahir: Gaza, Palestina.  Tanggal lahir: tahun 767 M / 150 H. Wafat: Akhir malam Rajab tahun 820 M / 204 H. Tempat wafat: Kairo, Mesir.
Aliran Islam: Ahlussunnah Wal Jamaah Ayah: Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muttalib bin Abdu Manaf. Ibu: Fatimah binti Abdullah Al-Uzdiyah. Putra: Abu Utsman dan Abul Hasan Putri: Fatimah dan Zainab
2.      Kelahiran Imam Syafi`i.
Dia dilahirkan pada tahun 150 H. bertepatan dengan dimana Imam Abu Hanifah meninggal dunia. Dia dilahirkan di desa Ghazzah, Asqalan. Ketika usianya mencapai dua tahun, ibunya mengajak pindah ke Hijaz dimana sebagian besar penduduknya berasal dari Yaman, ibunya sendiri berasal dari Azdiyah. Lalu keduanya menetap di sana. Akan tetapi saat usianya telah mencapai sepuluh tahun, ibunua mengajak pindah ke Makkah lantaran khawatir akan melupakan nasabnya.[1]
3.      Jenjang Pendidikan Imam Syafi`i.
Imam Syafi`i sejak kecil hidup dalam kemiskinan, pada waktu dia diserahkan ke bangku pendidikan, para pendidik tidak memperoleh upah dan mereka hanya terbatas pada pengajaran. Akan tetapi setiap kali seorang guru mengajarkan sesuatu pada murid-murid, terlihat Syafi`i kecil denga ketajaman akal pikiran yang dimilikinya mampu menangkap semua perkataan serta penjelasan gurunya. Setiap kali gurunya berdiri untuk meninggalkan tempatnya, Syafi`i kecil mengajarkan kembali apa yang dia dengar dan dia pahami kepada anak-anak yang lain, sehingga dai apa yang dilakukan Syafi`i kecil ini mendapatkan upah. Sesudah usianya menginjak ke tujuh, Syafi`i telah berhasil menghafal al-Qur`an dengan baik. 
4.      Guru-guru Imam Syafi`i.
a.       Muslim bin Khalid al-Zanji
b.      Sufyan bin Uyainah al-Hilali yang berada di Makkah
c.       Ibrahim bin Yahya, salah satu ulama di Madinah.
d.      Malik bin Anas, Imam Syafi`i pernah membaca kitab al-Muwatha` kepada Imam Malik sesudah dia menghafalnya diluar kepala
e.       Waki` bin Jarrah bin Malih al-Kufi.
f.       Hammad bin Usamah al-Hasyimi al-Kufi
g.      Abdul Wahab bin Abdul Majid al-Bashri.
5.      Isteri Imam Syafi`i.
Dia menikah dengan seorang perempuan yang bernama Hamidah binti Nafi` bin Unaisah bin Amru bin Utsman bin Affan.
6.      Keistimewaan Imam Syafi`i.
a.       Keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang sastera serta nasab, yang sejajar dengan al-Hakam bin Abdul Muthalib, dimana Rasulullah saw. pernah bersabda: “Sesungguhnya Keturunan (Bani) Hasyim dan keturunan (Bani) Muthalib itu hakekatnya adalah satu.” (H.R. Ibnu Majah, dalam kitab yang menjelaskan tentang Wasiat, bab “Qismah al-Khumus,” hadits no. 2329.)
b.      Kekuatan menghafal al-Qur`an dan kedalaman pemahaman antara yang wajib dan yang sunnah, serta kecerdasan terhadap semua disiplin ilmu yang dia miliki, yang tidak semua manusia dapat melakukannya.
c.       Kedalaman ilmu tentang Sunnah, dia dapat membedakan antara Sunnah yang shahih dan yang dha`if. Serta ketinggian ilmunya dalam bidang ushul fiqih, mursal, maushul, serta perbedaan antara lafadl yang umum dan yang khusus.
d.      Imam Ahmad bin Hambal berkata: Para ahli hadits yang dipakai oleh Imam Abu Hanifah tidak diperdebatkan sehingga kami bertemu dengan Imam Syafi`i. Dia adalah manusia yang paling memahami kitab Allah swt. dan Sunnah Rasulullah saw. serta sangat peduli terhadap hadits beliau.
e.       Karabisy 2 berkata: Imam Syafi`i adalah rahmat bagi umat Nabi Muhammad saw. (Karabisy dinisbatkan pada profesi penjual pakaian, namanya adalah Husain bin Ali bin Yazid.)
7.      Sikap Rendah Hati yang dimiliki Imam Syafi`i.
Hasan bin Abdul Aziz al-Jarwi al-Mishri mengatakan, bahwa Imam Syafii pernah berkata: Kami tidak menginginkan kesalahan terjadi pada seseorang, kami sangat ingin agar ilmu yang kami miliki itu ada pada setiap orang dan tidak disandarkan pada kami. Imam Syafi`i berkata: Demi Allah kami tidak menyaksikan seseorang lalu kami menginginkan kesalahan padanya. Tidaklah bertemu dengan seseorang melainkan kami berdo`a “Ya Allah, jadikanlah kebenaran ada pada hati dan lisannya ! jika kebenaran berpihak kepada kami, semoga dia mengikuti kami, dan jika kebenaran berpihak kepadanya semoga kami mampu mengikutinya. Imam Syafii adalah Pakar Ilmu Pengetahuan dari Quraisy.
a.       Riwayat dari Ibnu Mas`ud bahwa dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki suku Quraisy, karena sesungguhnya ahli ilmu di antara mereka akan memenuhi dunia. Ya Allah ya Tuhan kami, Engkau telah menimpakan azab yang terdahulu dari mereka, maka anugerahkan nikmat-Mu yang terakhir dari mereka.” (5 . H.R. Abu Daud Thabalasi dalam kitab Musnad-nya, hlm. 39-40.)
b.      Riwayat dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda : Ya Allah tunjukkanlah orang-orang Quraisy, karena” sesungguhnya orang alim di antara mereka akan memenuhi dunia. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memberikan azab kepada mereka, maka berikanlah (Khatib, dalam Tarikh, juz 2, hlm. 61.) juga Ni`mat-Mu atas mereka.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali
c.       Dia adalah orang Quraisy dari Bani al-Muthalibi, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Bani Hasyim dan Bani Muthalib adalah adalah satu.” Lalu Rasulullah saw. merapatkan jari tangannya. (H.R. Sunan Kubra, juz 6, hlm. 340.)
8.      Anak-anak Imam Syafi`i.
a.       Abu Usman Muhammad, dia seorang hakim di kota Halib, Syam (Syiria).
b.      Fatimah.
c.       Zainab.
9.      Kitab-kitab Karya Imam Syafi`i.
a.       Al-Risalah al-Qadimah (kitab al-Hujjah)
b.      Al-Risalah al-Jadidah.
c.       Ikhtilaf al-Hadits.
d.      Ibthal al-Istihsan.
e.       Ahkam al-Qur`an.
f.       ayadh al-Fardh.
g.      Sifat al-Amr wa al-Nahyi.
h.      Ikhtilaf al-Malik wa al-Syafi`i.
i.        Ikhtilaf al- Iraqiyin.
j.        Ikhtilaf Muhammad bin Husain.
k.      Fadha`il al-Quraisy
l.        Kitab al-Umm
m.    Kitab al-Sunan
10.  Wafatnya Imam Syafi`i.
Beliau menderita penyakit ambeien pada akhir hidupnya, sehingga mengakibatkan beliau wafat di Mesir pada malam Jum`at sesudah shalat Maghrib, yaitu pada hari terakhir di bulan Rajab. Beliau di makamkan pada Hari Jum`at pada tahun 204 H. bertepatan tahun 819/820 M. makamnya berada di kota Kairo, di dekat masjid Yazar, yang berada dalam lingkungan perumahan yang bernama Imam Syafi`i.
11.  Metode Dan Sitematika Musnad Syafi’i
Musnad Al-Syafi'i pertama kali dicetak di Arrah tahun 1306 H, kemudian dicetak di Kairo di tepi jilid ketujuh kitab Al-Umm pada tahun 1327 H. Kitab ini memang berisi hadits-hadits yang diambil dari buku-buku Al-Syafii. Namun begitu, ulama sehebat Imam Al-Baihaqi sendiri tidak dapat menegaskan siapa penulis kitab ini. Sekali waktu ia berkata bahwa pengumpul hadits-hadits ini adalah Abu Al-Abbas Muhammad bin Ya'qub Al-Asham, tapi pada kesempatan lain ia berkata bahwa pengumpulnya adalah Abu 'Amr Muhammad bin Ja'far bin Mathar Al-Naisaburi, atau orang lain.[2]
Ketidak tegasan itu menyebabkan orang-orang setelahnya berbeda pendapat menentukan siapa penulis buku ini. Ibn Al-Atsir, Al-Rafi'i, Al-Dzahabi dan Haji Khalifah berpendapat penulis kitab ini adalah Abu Al-Abbas Al-Asham. [3] Sementara Ibn Katsir, Ibn Hajar, Al-Sakhawi dan Al-Kattani berpendapat bahwa penulisnya adalah Abu 'Amr Ibn Mathar Al-Naisaburi.
Selain identiti penulisnya yang misterius,objektif dan metode penulisan kitab inipun tidak jelas. Kita tidak mungkin mengatakan bahwa tujuan penulisan buku ini adalah menghimpun semua hadits-hadits yang dimiliki oleh Al-Syafi'i sebab "Musnad Al-Syafii" ini hanya berisi 500 hadits sementara hadits-hadits yang dimiliki Al-Syafii –bahkan  hadits-hadits yang ia dengar dari Ibn 'Uyainah saja- jauh lebih banyak dari jumlah ini. Ibn Al-Atsir mengungkapkan ketidak-jelasan maksud penulisan buku ini dengan berkata, "Hadits-hadits yang terdapat di buku ini bukan semua hadits yang dimiliki oleh Al-Syafi'i, tidak juga semua hadits-hadits yang ia gunakan sebagai dalil, atau semua hadits yang terdapat di buku-buku Al-Syafi'i.
Metode penulisan dan penyusunan hadits-hadits yang terdapat dalam buku inipun tidak teratur sehingga kita mendapati pengulangan hadits tanpa faidah. Agaknya, penulis buku ini memilih hadits-hadits yang ia temukan di buku Al-Syafii lalu menulisnya tanpa metode susunan tertentu. Kondisi ini mendorong beberapa ulama untuk merubah sistematika penulisan buku ini, menyusun ulang hadits-haditsnya dan membuang hadits-hadits yang berulang seperti yang dilakukan oleh Syeikh Muhammad 'Abid Al-Sindi dan Abu Sa'id Sanjar bin 'Abdillah Al-Jawili. Syeikh Zainuddin 'Umar bin Ahmad Al-Syamma' Al-Halabi juga memilih hadits-hadits kitab ini lalu dimasukkan dalam bukunya yang berjudul "Al-Muntakhab Al-Mardhiyy min Musnad Al-Syafi'i[4]
Meski bukan tulisan Al-Syafi'i, namun buku ini sangat popular di kalangan ulama Syafiiah. Mereka menulis banyak syarh (penjelasan) atas kitab "Musnad Al-Syafi'i", misalnya Imam Mubarak bin Muhammad Ibn Al-Atsir dengan bukunya "Al-Syafi Syarh Musnad Al-Syafi'i" dan Imam Muhaqqiq Al-Mazhab Abu Al-Qasim Abd Al-Karim bin Muhammad Al-Rafi'i (w. 623 H) dalam "Syarh Musnad Al-Syafi'i" di akhir kitab "Al-Syarh Al-Kabir".
Kedua syarh ini kemudian digabungkan oleh Abu Sa'id Sanjar bin 'Abdillah Al-Jawili dalam "Al-Durr Al-Nafis fi Syarh Ta'lif Musnad Al-Syafi'i Muhammad bin Idris Ma'rifat Al-Sunan Wal- Atsar. Al-Baihaqi juga menceritakan bahwa Al-Syafi'i pernah menulis kitab "Al-Sunan" yang diriwayatkan oleh Harmalah bin Yahya dan Isma'il bin Yahya Al-Muzani. Berkata Al-Baihaqi: "Di dalamnya terdapat tambahan hadits, atsar dan masalah-masalah yang cukup banyak.[5]
Namun hingga saat ini hanya buku riwayat Al-Muzani yang dapat ditemukan, anak saudaranya yang bernama Abu Ja'far Al-Thahawi meriwayatkan buku itu dari Al-Muzani dari Al-Syafi'i. Kitab itu kemudian dicetak dengan judul "Al-Sunan Al-Ma'tsurat" dan dipublikasikan pertama kali di Haidarabad (India) juga di Kairo kira-kira pada tahun 1315 H.
12.  Pandangan ulama’ terhadap syafi’i dan kitabnya
Musnad Al Imam Asy-Syafi’i adalah kitab yang berisi hadits-hadits dengan sanad ’Ali yang merupakan kumpulan riwayat-riwayat sang imam yang diriwayatkan secara Musnad. Kedudukannya tidak samar lagi bagi para penuntut ilmu. Para ulama memberi perhatian serius terhadap kitab ini. Mereka mendengarnya, meriwayatkannya dan berusaha keras memperdengarkannya kepada para penuntut ilmu.[6]
13.  Penyusunan Musnad Al Imam Asy-Syafi’i 
Sebagian ulama berperan besar dalam menyusun (mengurutkan) kitab ini. Di antaranya adalah Al Amir Sanjar bin Abdullah Al Jawali. Kitab ini dicetak dalam suatu jilid besar dengan Tahqiq DR. Mahir Al Fahl.
a.       Imam Abu As-Sa’adat Ibnu Al Atsir menyusunnya sesuai bab-bab fikih yang bebas dari sanad-sanad dan syarahnya, sebagaimana yang akan diuraikan nanti.
b.      Imam As-Sindi juga mengurutkannya dan kemudian dicetak dalam satu jilid yang beredar luas.
c.       Ahmad bin Abdurrahman As-Sa’ati juga mengurutkannya dan memberinya judul “Bada‘i’ Al Minan.
14.  Profil Para Perawi
Para ulama memberi perhatian serius terhadap para perawi Musnad Al Imam Asy-Syafi’i. Al Hafizh Al Husaini menyusun biografi mereka dalam At-Tadzkirah Bi-Ruwat Al Kutub Al ’Asyarah. Kitab ini dicetak dengan Tahqiq DR. Rif’at Fauzi.  Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani juga menyusun buku tentang biografi mereka dalam kitabnya “Ta’jil Al Manfa’ati Bi-Rijali Al Aimmati Al Arba’ati”.
Kitab ini dicetak beberapa kali dan yang terbaik adalah Tahqiq DR. Ikramulhaq. Juga syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Abdurrahman bin Abdul Khaliq Al Birsyinsi dalam kitab yang diberinya judul “Asma` Rijal Musnad Asy-Syafi’i” sebagaimana yang disebutkan oleh As-Sakhawi dalam Adh-Dhau‘u Al-Lami’ (4/54).
15.  Athraf Hadits
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani menyusunnya lalu memasuk kannya ke dalam kitabnya “Ithaf Al Maharah”. Kitab ini dicetak dengan Tahqiq beberapa peneliti di Markaz As-Sunnah Wa As-Sirah An-Nabawiyah di Madinah Al Munawwarah dibawah pengawasan DR. Zuhair bin Nashir.
16.  Syarah-Syarahnya
Beberapa ulama telah menyusun syarah kitab Musnad Asy-Syafi’i. Di antaranya adalah”
a.  Imam Abu As-Sa’adat Ibnu Al Atsir Al Jizzi yang diberi judul “Syafi Al ’Iyyi Bi-Syarh Musnad Asy-Syafi’i”. Syarah ini sangat bagus, hanya saja sanad-sanadnya dibuang dan terkadang pengarang membahas status haditsnya baik yang Shahih maupun yang dha'if dengan menjelaskan bahasa dan hukum-hukumnya. Kitab ini dicetak dengan Tahqiq saudara syaikh Ahmad Sulaiman Hafizhahullah. Imam Ar-Rafi’i, yaitu kitab yang ada di tangan pembaca ini, yang profilnya akan diuraikan nanti.
b.  Amir Sanjar bin Abdullah Al Jawi (745 H) dalam beberapa jilid.
c.  Al Hafizh As-Suyuthi yang diberi judul “Syafi Al ’Iyyi ’Ala Musnad Asy-Syafi’i”, dalam bentuk manuskrip.
d. As-Sindi yang diberi judul “Mu’tamad Al Alma’i Fi Halli Musnadi Asy-Syafi’i” yang masih berbentuk manuskrip.
e.  As-Sa’ati Ahmad bin Abdurrahman Al Banna. Beliau mensyarah pengurutannya yang berjudul “Bada‘i’ Al Minan” dalam kitab yang diberi judul “Al Qaul Al Hasan Syarh Bada‘i’ Al Minan.” 










C.      PENUTUP

1.      Kesimpulan
Imam Syafi’i merupakan salah satu dari keempat imam madzhab yang termasyhur. Beliau adalah imam yang memiliki karakteristik akhlak yang mulia dan memiliki kecerdasan yang luar biasa sehingga banyak gelar dari para ulama lain untuknya. Kiprah Imam Syafi’i yang cemerlang berakhir dengan wafatnya tetapi ilmunya takkan pernah habis dimakan waktu. Cinta manusia terhadanya, ilmu dan karya-karyanya masih tetap memenuhi bumi sampai sekarang. Tidak satu pun dijumpai ulama besar kecuali berhutang kepada Imam Syafi’i.
2.      Kritik Dan Saran
Demikianlah yang dapat penulis paparkan sedikit atau banyaknya  Setelah mengetahui nya moga menjadikan ghirrah kepada kita sebagai Thalabul Ilmi untuk di jadikan contoh dalam hidup kita dalam mensejahtera kan seluruh ummat Islam, terkhusus bagi kesejahteraan Negara Indonesia. Jika ada kesalahan dalam penulisan tugas ini kami mohon maaf yang sebesar besarnya dan semoga bermanfaat untuk kita semua amin yarobbal’alamin





[1] . Khalil, Munawar, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1955).
[2] . Lihat "Bayan Khatha' man akhtaa 'ala Al-Syafii", Imam Al-Baihaqi,  hal. 95. Di kitab ini, ia berkata bahwa penulisnya adalah Abu 'Amr bin Mathar. Sementara di "Ma'rifat Al-Sunan wa Al-Atsar" 2/159 ia mengatakan bahwa penulisnya Abu Al-'Abbas Al-Asham.
[3] .  Lihat "Al-Syafi Syarh Musnad Al-Syafi'i" 1/30, "Al-Durr Al-Nafis fi Syarh Ta'lif Musnad Al-Syafi'i Muhammad bin Idris" karya Sanjar Al-Jawili, manuskrip Maktabah Al-Asad Damaskus no. 9288, jilid I lembaran 3/b-5/b, "Siyar A'lam Al-Nubala" 12/589, "Kasyf Al-Zhunun" 2/1683.
[4] . Kasyf Al-Zhunun", Haji Khalifah, 2/1683.
[5] . Manaqib Al-Syafi'i", al-Baihaqi, 1/255.
[6] . Lihat Barnamaj At-Tujaibi (Hal 119-120), Barnamaj Al Wadi Asyi (Hal 201),  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar